Translate

Monday, March 23, 2015

Antara Upin- Ipin dan Adit & SopoJarwo: Sebuah Refleksi Miris


Mayoritas penikmat televisi di Indonesia tentu mengenal film kartun Upin - Ipin besutan L' Copaque asal negeri jiran Malaysia. Film yang mengisahkan realitas hidup anak-anak balita di sebuah kampung yang bernama Durian Runtuh. Mayoritas penikmat televisi bisa jadi juga mengenal serial Adit & SopoJarwo, film kartun domestik yang juga mengambarkan pengalaman hidup sehari-hari anak-anak dan masyarakat pinggir kota Jakarta.

NAMUN... ada sesuatu yang sangat berbeda,menyangkut nilai-nilai moral, etika, dan pelajaran hidup yang dikisahkan.

Upin - Ipin mmberikan cerita yang apa adanya, mengalir, khas pergaulan anak-anak kampung dengan segala hiruk pikuknya, dengan segala keragaman, kenaifan, keluguan, kreativitas, dan kenakalan anak-anak. Upin, ipin, Ehsan, Mail, Mei-mei, Jarjit, Ijat, Opah, Ka Ros, Atuk Dalang, Uncle Muhtu dan yang lain adalah persona persona yang memiliki keunikan karakter masing-masing.

Yang lebih penting lagi adalah, bagaimana pengisahan keseharian yang benar-benar pengalaman keseharian, yang dipetik dari realitas dan pengalaman hidup itu an sich. Bagaimana rasanya punya kakak yang cerewet namu baik dan perhatian seperti Ka Ros, tergambar dengan baik disitu.Bagaimana mempunyai teman anak manja tukang makan seperti Ehsan juga tergambar dengan sempurna. Dan ini tidak saya jumpai di Adit & SopoJarwo....

Saya sempat beberapa kali menonton Adit & Sopojarwo karena anak saya menonton itu. Dan sayapun kemudian dengan sukacita melarang anak saya untuk menontonnya lagi. MENGAPA?

Dalam keseharian kita, apakah mungkin anda akan mempercayakan anak anda yang berusia dua tahun diasuh  oleh dua orang PENGANGGURAN yang tidak amanah?
Juga, apakah mungkin, preman kampung diberdayakan sebagai pencuci mangkuk bakso karena mereka tidak mampu bayar? Apakah mungkin anak umur 2 tahun bisa secara tidak sengaja "jalan-jalan" keliling komplek dan kampung terus nyangkut di atas pohon?

Apakah ada dalam realitanya orang dewasa bermain bola sepak dengan anak-anak dan mereka curang hanya sekedar untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi? Dan coba anda perhatikan.. bagaimana menjijikan muka si Jarwo ketika "dengan penuh nafsu" menggoda anak gadis babah liem yang seorang mahasiswi, sehingga ia kemudian teledor dengan kewajibannya sebagai tukang antar barang belanjaan?

DAN itu semua ada dalam episode Adit & SopoJarwo.... #sigh


Upin-Ipin  memang serial kartun yang disasarkan untuk anak-anak. Karena itulah makan isi ceritanya harus menceritakan secara bijak dunia anak-anak dan bagaiamana cara mereka melewatinya. Adit & Sopojarwo sebaliknya adalah cerita sinetron pasaran yang dibungkus dalam bentuk kartun. Sehingga alur dan setting cerita dan segala halnya dibuat sebisa mungkin tidak masuk akal dan membuka ruang untuk konflik. #kutukupreeeet


Lalu, nilai hidup apa yang bisa ditiru? Kearifan apa yang bisa ditauladani? Sedangkal itukah ide dan gagasan manusia indonesia untuk membuat kisah arif hidup manusia sehari-hari yang ideal dan apa adanya? APA yang salah dengan cara berpikir kita?

Akhirnya, saya sangat sepakat kalau film kartun yang tidak kartun itu digeser jam tayangnya ke tengah malam, agar anak-anak Indonesia, tidak teracuni oleh pengalaman hidup tidak penting si Sopo dan Jarwo, karena realita hidup mereka sudah berjalan dengan apa adanya, seperti cerita hidup Upin, Ipin, Ehsan dkk.... Wallahualam..